Kamis, 14 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TB PARU

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernafasan yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa yang dapat mengenai bagian paru. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2008)

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati dalam cairan 60°C 15-20 menit. (Ngastiyah, 2005)

Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan karena Mycobacterium tuberculosis, infeksi yang lebih luas menimbulkan gejala tidak khas seperti badan lemah, demam ringan, dan penurunan berat badan. ( Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru dan menimbulkan gejala gejala tidak khas seperti badan lemah, demam ringan, dan penurunan berat badan.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari infeksi tuberkulosis ini yaitu Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum, sebagian besar Mikobakterium tuberkulosis masuk melalui udara, sehingga fokus primer sebagian besar tuberkulosis terdapat didalam paru. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dapat mati dalam cairan mendidih yaitu pada suhu 60°C dalam waktu 15- 20 menit dan sangatrentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati.. Basil TB mempunyai sel lipoid sehinggga memiliki sifat tahan asam.

C. PATOFISIOLOGI

1. Proses Perjalanan Penyakit

Basil tuberkulosis masuk kedalam paru melaui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas yang disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu ( 6-8 minggu) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.

Pembesaran kelenjar regional lebih banyak terdapat pada anak dibanding orang dewasa. Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

Patoflow


A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

2. Manifestasi Klinis

Tuberculosis paru ini cenderung asimptomatik. Tanda dan gejala umum yang timbul termasuk fatigue, kehilangan berat badan, letargi, anoreksia dan demam ringan yang biasanya muncul pada sore hari, hal ini merupakan tanda dan gejala umum infeksi kronik. Batuk dengan sputum purulen lebih sering dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Berkeringat pada malam hari dan ansietas sering terjadi. Dypnea, nyeri dada dan hemoptisis yang tidak umum ditemukan.

3. Komplikasi

a) Meningitis

b) Pleuritis

c) Bronkhopnemonia

d) Atelektasis

D. PENATALAKSANAAN

1. Terapi antituberculosis. Berikut ini merupakan terapi obat anti tuberculosis pada anak :

a) Rifampisin (RIF)

b) INH (isoniazid)

c) Pirazinamid (PZA)

d) Etambutol (EMB)

2. Terapi antibiotik

a) Streptomisin kurang sering digunakan pada anak yang menderita tuberkulosis paru, tetapi obat inipenting untuk pengobatan dan pencegahan resistensi obat. Obat ini diberikan dengan cara intramuskuler. Obat ini dapat menembus meningen yang mengalami peradangan.

3. Nutirsi adekuat

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji kulit tuberkulin untuk mendiagnosis tuberculosis. Hasil dari tes kulit tuberkulin positif, uji ini mengindikasikan seseorang terinfeksi dan antibodi terhadap basilus.

2. kultur sputum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi keaktifan penyakit tuberkulosis.

3. Radiologi dada

F. KONSEP TUMBUH KEMBANG PADA ANAK USIA 9-12 BULAN ( sujono riyadi dan sukarmin, 2009)

1. perkembangan motorik halus

perkembangan motorik halus pada usia ini adalah anak sudah mulai mampu memindahkan benda dari satu tangan ketangan yang lain, bergembira dengan melempar-lempar benda-benda kecil, mencari atau meraih, mampu menunjuk dengan jari telunjuk, mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya.

2. perkembangan motorik kasar

perkembangan motorik kasar pada usia ini adalah anak dapat duduk tanpa dibantu, dapat merangkak untuk meraih benda atau mendekati seseorang, berdiri dengan pegangan, dapat berjalan dengan dituntun.

3. perkembangan bahasa

perkembangan bahasa pada usia ini, adalah mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti, menirukan suara, mengulang bunyi yang didengarnya dan mengucapkan kata “papa” dan “mama”yang belum spesifik..

G. DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak.

Respon pada anak dibagi menjadi 3 tahap, pada tahap proses ditandai dengan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal anak menyerang dengan rasa marah seperti mengatakan “pergi”. Perilaku proses tersebut seperti menangis akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila anak merasa kelelahan.

Sedangkan pada tahap putus asa (phase of despair) anak tampak tegang, tangisannya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada napsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis dan regresi (misalnya; mengompol atau menghisap jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum atau bergerak. Pada tahap ini juga secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orang tua.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Ibu Saat Hamil

Pada klien dengan Tuberkulosis Paru perlu dikaji kesehatan ibu saat hamil apakah pernah mengalami batuk yang berkepanjangan.

b. Riwayat Kelahiran

Kelahiran spontan, ketuban pecah dini, partus lama.

c. Riwayat Pos Natal

Berat badan, tinggi badan, nilai apgar score, kondisi bayi usia 0-28 hari, trauma dan infeksi, atau kelainan kongenital.

d. Riwayat Kesehatan Anak

Apakah rutin melaksanakan penimbangan ke posyandu, imunisasi, dan apakah pernah dirawat di rumah sakit. Apakah anak pernah menderita penyakit sebelumnya, dan apakah ada riwayat alergi.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat pengobatan OAT atau pnemonia bukan merupakan penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit menular.

f. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya ditemukan keluhan berupa demam ringan, sakit kepala, mual, gelisah, sesak napas, batuk disertai sputum, pernapasan cepat, adanya penarikan paru, adanya ronkhi dan tidak nfpsu makan.

g. Lingkungan

Kondisi rumah dekat dengan sumber polusi, limbah, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.

2. Diagnosa Keperawatan (Donna L. Wong)

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

c. Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)

d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi, peningkatan sekresi

e. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

f. Risti infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa I

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pertukaran gas dapat teratasi.

Kriteria hasil:

- Batuk berkurang

- Dypsnea menurun

- Tidak ada tanda-tanda distres pernafasan, AGD dalam batas normal

- Frekuensi pernafasan normal 20-30x/mnt

- Tidak ada ronkhi

Intervensi:

a. Observasi tanda-tanda vital terutama pernapasan

b. Kaji dypsnea, ketidaknormalan bunyi nafas dan ketridaksimetrisan ekspansi dada.

c. Kaji adanya sianosis, perubahan warna kulit, membran mukosa dan warna kuku.

d. Auskultasi bunyi nafas,catat area penurunan bunyi udara dan bunyi tambahan

e. Berikan posisi yang nyaman (peninggian kepala sedikitnya 30° derajat).

f. Kolaborasi dalam pemberian O2, berikan nebulizer, monitor hasil AGD

Diagnosa II

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pola nafas tidak efektif dapat teratasi

Kriteria hasil:

- Pernafasan tidak sulit

- Frekuensi pernapasan normal 20-30x/ menit

- Anak istirahat dan tidur tenang

Intervensi:

a. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam

b. Kaji suara napas, pola napas dan pengunaan ototbantu pernafasan

c. Berikan posisi tidur semifowler

d. Berikan O2 sesuai indikasi

e. Kolaborasi dalm pemberian oba-obat yang dapa meningkatkan efektifnya jalan nafas

Diagnosa III

Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam cemas dapat berkurang

Kriteria hasil:

- Anak tidak menunjukkan tanda-tanda distres atau ketidaknyamanan fisik.

- Orang tua tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman

- Anak melakukan aktivitas tenang sesuai dengan usia, minat dan kondisi

Intrvensi:

a. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan

b. Berikan terapi bermain/ objek kedekatan sesuai dengan usia dan kondisi

c. Gunakan komunikasi terapeutik

d. Libatkan orang tua dalam perawatan anak.

e. Instruksikan agar orang tua untuk tetap menemani anak

Diagnosa IV

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi, peningkatan sekresi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jlan nafas kembali efektif.

Kriteria hasil:

- Sekret berkurang, jalan nafas tetap bersih

- Pernafasan dalam batas normal 20-30 x/mnt

- Anak bernafa dengan mudah, suara nafas vesikuler

Intervensi:

a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, kedalaman dan otot bantu pernafasan)

b. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum

c. Beri semi fowler, , lakukan fisioterapi dada

d. Kolaborasi dalam pemberian inhalasi/ ekspektoran sesuai ketentuan

Diagnosa V

Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi atau mengalami penurunan.

Kriteria hasil: anak tidak mengalami nyeri atau tingkat nyeri dapat diterima dengan baik.

Intervensi:

a. Gunakan tindakan lokal berkumur, menghisap, kompres hangat atau dingin, untuk mngurangi sakit tenggorok

b. Beri kompres hangat atau dingin, bila tepat pada area yang sakit.

c. Beri anagetik sesuai ketentuan yang berlaku pada anak

d. Beri aktivitas pengalihan sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak

e. Kaji respon terhadap tindakan pengandalian nyeri

Diagnosa VI

Risti infeksi berhubungan dengan kurangnya infomasi/ pengetahuan tentang penyakit

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam perubahan proses keluarga dapat teratasi

Kriteria hasil:

- Keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak, Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman

- Penurunan resiko infeksi

Intervensi:

a. Instruksikan orang tua dalam kewaspadaan yang tepat

b. Batasi jumlah pengunjung, anggota keluarga

c. Kaji situasi rumah dan implementasikan tindakan sesuai keadaan individu

d. Ajarkan keluarga tentang metode perlindungan untuk mencegah penyebaran infeksi

e. Kenali masalah dan kebutuhan keluarga akan informasi

f. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana keperawatan

g. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatakan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya

h. Ulangi infomasi untuk memfasilitasi pemahaman

i. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti.

4. Implementasi

Diagnosa I

a. Mengobservasi tanda-tanda vital terutama pernapasan

b. Mengkaji dypsnea, ketidaknormalan bunyi nafas dan ketidaksimetrisan ekspansi dada.

c. Mengkaji adanya sianosis, perubahan warna kulit, membran mukosa dan warna kuku

d. Mengauskultasi bunyi nafas,catat area penurunan bunyi udara dan bunyi tambahan

e. Memberikan posisi yang nyaman (peninggian kepala sedikitnya 30° derajat).

f. Berkolaborasi dalam pemberian O2, berikan nebulizer, monitor hasil AGD

Diagnosa II

a. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam

b. Mengkaji suara napas, pola napas dan pengunaan ototbantu pernafasan

c. Memberikan posisi tidur semifowler

d. Memberikan O2 sesuai indikasi

e. Berkolaborasi dalm pemberian oba-obat yang dapa meningkatkan efektifnya jalan nafas

Diagnosa III

a. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan

b. Memberikan terapi bermain/ objek kedekatan sesuai dengan usia dan kondisi

c. Menggunakan komunikasi terapeutik

d. Melibatkan orang tua dalam perawatan anak.

e. Menginstruksikan agar orang tua untuk tetap menemani anak

Diagnosa IV

a. Mengkaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, kedalaman dan otot bantu pernafasan)

b. Membantu anak dalam mengeluarkan sputum

c. Memberi semi fowler, , lakukan fisioterapi dada

d. Berkolaborasi dalam pemberian inhalasi/ ekspektoran sesuai ketentuan

Diagnosa V

a. Menginstruksikan orang tua dalam kewaspadaan yang tepat

b. Membatasi jumlah pengunjung, anggota keluarga

c. Mengkaji situasi rumah dan implementasikan tindakan sesuai keadaan individu

d. Menjaga agar anak dan bayi tidak meletakkan tangannya diarea yang terkontaminasi.

Diagnosa VI

a. Instruksikan orang tua dalam kewaspadaan yang tepat

b. Batasi jumlah pengunjung, anggota keluarga

c. Kaji situasi rumah dan implementasikan tindakan sesuai keadaan individu

d. Ajarkan keluarga tentang metode perlindungan untuk mencegah penyebaran infeksi

e. Kenali masalah dan kebutuhan keluarga akan informasi

f. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana keperawatan

g. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatakan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya

h. Ulangi infomasi untuk memfasilitasi pemahaman

i. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan pada penyakit bronchopnemonia. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Evaluasi Formatif

Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan implementasi dengan respon segera.

b. Evaluasi Sumatif

Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisa status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu juga evaluasi sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai tujuan tercapai, tidak tercapai, dan tujuan tercapai sebagian.

1) Tujuan Tercapai

Tujuan dikatakan tercapai apabila pasien telah menunjukan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2) Tujuan Tercapai Sebagian

Tujuan dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya.

3) Tujuan tidak tercapai

Tujuan dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar