Kamis, 14 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, Gail, W, 1998)

Konsep diri rendah adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam hubungan dengan orang lain (Suliswati, 2005).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat seara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Town, send, Maryc, 1998).

Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan diri (Carpenito, 2000)

Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama (Lynda wall, edisi 8, 2001).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentng nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri ( Keliat, Budi, Anna, 2005)

B. Psikodinamika

1. Etiologi

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:

a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, diceraikan suami, putus sbapaklah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuau terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

1) Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR, karena privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemeriksaan alat yang tidak sopan (pencukuran kumis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).

2) Harapan akan sturktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat, klien ini mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

2. Proses perjalanan penyakit

Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman pribadi individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia. Konsep diri belum ada saat saat bayi dilahirakan, tetapi mulai berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain dan mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbicara individu, pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu. Perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku orang lain dan mempunyai penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita / harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai meningkatkanya usia dan terancam pada masa pubertas. Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:

a. Memberi kesempatan untuk berhasil;

b. Menanamkan idealisme;

c. Mendukung aspirasi atau ide;

d. Membantu membentuk koping.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

3. Komplikasi

a. Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

b. Isolasi sosial.

c. Waham.

C. Rentang Respon

Rentang respon konsep diri

Rentang Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep Harga Kekacauan Depersonalisasi

Diri diri positif diri rendah identitas

(Sumber: Stuart dan Sundeen, 1998)

Keterangan :

1. Aktualisasi diri adalah kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masa lalu akan diri dan perasaannya.

2. Konsep diri positif menunjukan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.

3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri positif dan maladaptif.

4. Kekacauan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.

5. Depersonalisasi adalah mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

D. Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasikan, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.

1. Pengkajian

a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:

a) Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi);

b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit;

c) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh;

d) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

2) Faktor yang mempengaruhi harga diri:

a) Penolakan;

b) Kurang penghargaan;

c) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut;

d) Persaingan antar saudara;

e) Kesalahan dan kegagalan berulang;

f) Tidak mampu mencapai standar.

3) Faktor yang mempengaruhi peran:

a) Sterotifik peran seks;

b) Tuntutan peran kerja;

c) Harapan peran cultural.

4) Faktor yang mempengaruhi identitas:

a) Ketidak percayaan orang tua;

b) Tekanan dari “peer group”;

c) Perubahan struktur social.

b. Faktor Presipitasi

1) Trauma

Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

2) Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran, dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.

c. Manifestasi klinis

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapatkan terapi sinar pada kanker.

2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit), menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.

3) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

4) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.

5) Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan misalnya tentang memilih alternatif tindakan.

6) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

d. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah langsung.

1) Pertahanan jangka pendek

a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari kritis, misalnya: kerja keras, nonton, dll.

b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya: ikut kegiatan social, politik, agama, dll.

c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya: kompetisi pencapaian akademik.

d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.

2) Pertahanan jangka panjang

a) Penutupan identitas

Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.

b) Identitas negatif

Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.

3) Mekanisme pertahanan ego

a) Fantasi;

b) Dissosiasi;

c) Isolasi;

d) Proyeksi;

e) Displacement;

f) Marah atau amuk pada diri sendiri.

e. Sumber koping

Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.

1) Individu;

2) Keluarga;

3) Teman bermain;

4) Masyarakat.

f. Pemeriksaan diagnostik

1) MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)

Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran atau profil kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk mengetahui potensi atau bakat yang ada pada seseorang dengan menggunakan sebuah buku yang berisi pertanyaan, lembar jawaban, dan isi serta satu lembar hasil tes.

2) EEG (Electro Enchefatograf)

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan mental organic, kejang, dan gangguan tidur.

3) CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Yaitu gambaran yang dapat menunjukan struktur otak serta menggambarkan penggunaan volume otak.

g. Pohon masalah

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


CP


Gangguan Citra Tubuh

2. Diagnosa Keperawatan

a. Harga diri rendah

b. Isolasi sosial

c. Gangguan citra tubuh

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah

a. Tujuan umum

Klien memiliki konsep diri yang positif.

b. Tujuan khusus

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan:

1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f) Tunjukan sikap empati dan menerikam klien apa adanya.

g) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien menyebutkan:

1) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.

2) Aspek positif keluarga.

3) Aspek positif lingkungan klien.

Rencana Tindakan:

1) Diskusikan dengan klien tentang:

a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.

b) Kemampuan yang dimiliki klien.

2) Bersama klien buat daftar tentang:

a) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.

b) Kemampuan yang dimiliki klien.

3) Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.

Rencana Tindakan:

1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.

2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian.

Rencana Tindakan:

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien.

a) Kegiatan mandiri.

b) Kegiatan dengan bantuan.

2) Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.

3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.

Rencana Tindakan:

1) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

2) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

3) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

4) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Kriteria Evaluasi:

Setelah … kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

Rencana Tindakan:

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

4. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Menurut Anna Issacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara medis yaitu terapi somatic antara lain:

1) Psikofarmakologi

a) Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di dalam otak, mengubah emosi dan mempengaruhi perilaku.

b) Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang membawa penghambat atau penstimulasi dari satu neuron ke neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara mereka.

c) Terapi elektrokonvulsif (ECT)

2) Antipsikotik (neuroleptik)

Secara teori pelaksanaan medis khusus klien Tn. K dengan harga diri rendah tidak ada, namun secara medis klien Tn. K yang didiagnosa medis skizofrenia paranoid diberi terapi sebagai berikut:

a) Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan, dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan dalam buang air kecil, hidung tersumbat, gangguan irama jantung), metabolic (jaundice).

b) Haloperidol (HR/ Resperidone)

Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut kering, kesulitan buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat, mata kabur)

c) T rihexyphenidyl (THP)

Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna.

Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.

Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, retensi urine.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Ann Isaacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara keperawatan yaitu terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga. Terapi aktivitas kelompok meliputi:

1) Dinamika kelompok adalah kekuatan yang bekerja untuk menghasilkan pola perilaku dalam kelompok.

2) Proses kelompok adalah makna interaksi verbal dan non verbal didalam kelompok meliputi isi komunikasi, hubungan anatar anggota, pengaturan tempat duduk, pola atau nada bicara, bahasa dan sikap tubuh serta tema kelompok untuk stimulasi persepsi: harga diri rendah yaitu identifikasi hal positif pada diri dan melatih positif pada diri.

Sedangkan untuk terapi keluarga meliputi:

1) Terapi keluarga adalah membantu individu dalam keluarga agar tidak didominasi oleh reaktivitas emosi dan untuk mencapai tingkat diferensiasi diri yang lebih tinggi.

2) Terapi structural adalah mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi keluarga untuk memodifikasi posisi setiap anggota keluarga di dalam kelompok.

3) Terapi interaksional adalah mengidentifikasi hukum yang tidak terlihat dan tidak terucap yang mengatur hubungan keluarga dan menggunakan teori komunikasi untuk meningkatkan parbaikan hubungan.

4) Peran perawat pada terapi keluarga adalah mengajarkan pada keluarga tentang penyakit, sumber daya dan program pengobatan menggunakan teknik komunikasi terapeutik dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan fungsi keluarga.

5. Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Budi Anna, Keliat, (2005) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu mamvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk kelaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta ynag diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan beserta respon klien.

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memnuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:

a. Independen

Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter atau tenaga ksehatan lainnya. Tipe dari aktifitas yang dilaksanakan perawat secar independen didefinisikan berdasarkan diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Tipe tindakan independen dikategorikan menjadi 4 yaitu tindakan diagnostic, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan merujuk.

b. Interdependen

Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli fisioterapi, ahli laboratorium, dan dokter.

c. Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk klien dengan harga diri rendah yaitu:

a. SP I pasein:

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.

4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien.

5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.

6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. SP II pasien :

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Melatih kemampuan kedua

3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

c. SP I keluarga:

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2) Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien berserta proses terjadinya.

3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.

d. SP II keluarga:

1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah.

e. SP III keluarga:

1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat(dischargc planning)

2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan ( Nursalam 2001 hal 71 ).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :

a. Evaluasi proses formatif

Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu ke efektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai.

b. Evaliasi hasil sumatif

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di laksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Evaluasi sumatif bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakaan yang telah diberikan.

Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah tindakan keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah mengidentifikasi data subjek dan objek. Sebagai hasil respon klien setelah tindakan keperawatan di lakukan.

Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada klien dengan konsep diri yang maladaptif.

a. Klien dapat berinteraksi dengan lingkungan secara optimal

b. Klien memiliki konsep diri yang positif.